Saturday, October 1, 2016

PEMAKAIAN BAJAKAN SOFTWARE AKAN SIAP MENERIMA SERBUAN MALWARE

Informasi Teknologi : penggunaan software bajakan bukan hanya merugikan perusahaan di balik produk tersebut,tetapi juga konsumen sebagai pengguna. salah satu efek negatif yang merugikan pengguna adalah rentan terkena serangan malware.

Dijelaskan oleh Software Asset Management and Compliance Director Microsoft Indonesia,Sudimin Mina,pengguna software tiruan atau bajakan sangat mungkin menjadi korban malware seperti virus dan ransomware. Menurut Sudimin, jika menggunakan software asli saja bisa menjadi korban, apalagi yang menggunakan produk bajakan.

Bila sudah disusupi oleh malware,pengguna harus siap-siap kehilangan data-data penting mereka.pasalnya, salah satu target utama malware biasanya data-data pribadi. Bahkan hacker di balik malware itu biasa mengunci data tersebut dan meminta uang tebusan kepada si pemilik, jika ingin kembali mengaksesnya.

"Jika virus sudah bekerja,bisa membahayakan privasi. Bahkan data-data pribadi bisa dikontrol dari jarak jauh.Tapi yang harus di ingat,pakai software apa pun, nbaik asli atau palsu, kita sebagai konsumen harus waspada dengan tidak mengunduh yang aneh - aneh," ujar Sudimin, di Jakarta.

Menurut data yang dipublikasikan Microsoft  Malware Infections Index 2016, tingkat pemalsuan PC di Indonesia masih tergolong tinggi. Indonesia menduduki posisi kedua di belakang Pakistan dengan tingkat infeksi virus malware tertinggi di Asia.

Di tambahkan Sekretaris Jenderal Masyarakat Indonesia Anti-Pemalsuan (MIAP), Justisiari P. Kusumah,masih adanya penggunaan software bajakan juga dipengaruhi tingkat kepedulian konsumen. Namun investasi awal yang lebih mahal di bandingkan jika menggunakan software bajakan, justu sebenarnya dapat lebih melindungi privasi konsumen. Terlebih lagi, saat ini perusahaan software seperti Microsoft memiliki sejumlah program software gratis yang salah satunya untuk pendidikan.

"Pakai software bajakan itu banyak ruginya. Apalagi begitu kita terhubung ke internet ,risikonya langsung terbuka (jadi target malware,red.), Seperti orang pergi perang ,tapi tidak membawa perlindungan sama sekali."tutur Justisiari.

Merujuk pada hasil survei MIAP dan Fakultas Ekonomi UI 2014 terhadap tujuh komoditas yang produknya banyak dipalsukan, software berada di posisi keempat. Hasil survei mencatat bahwa persentase produk palsu meliputi tinta printer 49,4 persen, pakaian 38,9 persen, barang dari kulit 37,2 persen, software 33,5 persen, produk kosmetik 12,6 persen, makanan dan minuman 8,5 persen, serta produk farmasi 3,8 persen. Total kerugian negara akibat peredaran barang palsu mencapai Rp 65,1 triliun.

0 comments :

Post a Comment